Senin, 28 November 2016

Tipologi dan Kualitas Pemilih Pada Pilkada


Prilaku dan Tipologi Pemilih Pada Pilkada
Didalam UU No 8 Tahun 2012 Pemilih didefinisikan sebagai Warga Negara Indonesia yang telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin. Definisi yang sama juga dalam UU No 42 Tahun 2008 Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Intinya warga negara yang berusia 17 tahun atau sudah menikah tersebut diinventarisir, didaftarkan dan ditetapkan dalam DPT oleh KPU agar yang bersangkutan dapat memberikan hak pilihnya dalam Pemilu.

PERILAKU PEMILIH
Perilaku pemilih merupakan tingkah laku pemilih atau tindakan individu yang memiliki hak pilih dalam proses pemberian suara dalam penyelenggaraan pemilihan umum serta latar belakang seseorang melakukan tindakan tersebut. Tingkah laku atau tindakan individu dalam proses pemberian suara itu meliputi tiga aspek yaitu preferensi (orientasi terhadap isu, orientasi terhadap kualitas personal kandidat, identifikasi partai), aktivitas (keterlibatan dalam partai politik tertentu, keterlibatan dalam setiap kampanye, kehadiran dalam pemungutan suara) dan pilihan terhadap salah satu partai politik tertentu.
Dalam memahami perilaku pemilih para pakar seringkali menggunakan 4 (empat) model pendekatan, diantaranya sebagai berikut :

Sabtu, 12 November 2016

KEBENARAN dianggap DUSTA dan DUSTA dianggap KEBENARAN

Dunia dah berbolak balik?!
Sungguh benar ucapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tentang apa yang akan terjadi. Imam Ibnu Majah meriwayatkan di dalam Sunannya :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ قُدَامَةَ الْجُمَحِيُّ عَنْ إِسْحَقَ بْنِ أَبِي الْفُرَاتِ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
Abu Bakr bin Abi Syaibah menuturkan kepada kami. Dia berkata; Yazid bin Harun menuturkan kepada kami. Dia berkata; Abdul Malik bin Qudamah al-Jumahi menuturkan kepada kami dari Ishaq bin Abil Farrat dari al-Maqburi dari Abu Hurairah -radhiyAllahu’anhu-, dia berkata; "Rasulullah shallAllahu ‘alaihi wa sallam bersabda, akan datang suata masa penuh tipu daya. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dikhianati. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.”

Di antara sebab murkanya Allah kepada bangsa Yahudi, adalah karena mereka mendustakan nabi-nabi yang diutus. Padahal tidaklah Allah memilih utusan-utusan-Nya, kecuali dari orang-orang terbaik di kalangan dan pada zamannya. Tentu saja, karena Allah Subhaanahu wa ta’alaa mengutus mereka dalam rangka mengajak manusia beribadah hanya kepada Allah dan meninggalkan kesyirikan. Mereka dipilih untuk diterima, dicintai, diutamakan, serta diteladani. Mereka diutus untuk didengar, dipercaya dibenarkan, kemudian dita’ati dan diikuti.

Minggu, 30 Oktober 2016

Budaya ABS (Asal Bapak Senang)

Kebohongan (juga disebut kepalsuan) adalah jenis penipuan dalam bentuk pernyataan yang tidak benar, seringkali dengan niat lebih lanjut untuk menjaga rahasia atau reputasi, perasaan melindungi seseorang atau untuk menghindari hukuman atau tolakan untuk satu tindakan.
Diantara bentuk kebohongan yang sering terjadi di dalam masyarakat kita salah satunya adalah ABS (Asal Bapak Senang). ABS adalah kata-kata dan sikap manis yang dilakukan hanya sekadar untuk menyenangkan atasan, meskipun jauh dari kebenarannya. Kata-kata dan sikap itu hanyalah formalitas belaka.

Di indonesia, ABS merupakan masalah sosial budaya yang terbentuk sejak puluhan tahun lalu bahkan sejak jaman kerajaan. Rakyat kecil dalam banyak hal lebih banyak menunduk daripada menatap tegak lurus ke depan, terutama pada pejabat,  sehingga berjalan tidak terarah karena tidak melihat jalan di depan. Demikian sebaliknya, mereka yang sedang menjabat lebih sering melihat ke atas sehingga tidak tahu bahwa kakinya menginjak kepala orang lain.
Istilah ABS atau asal bapak senang selalu mengalami transformasi. Pada jaman Soekarno, asal bapak senang adalah nama sebuah band yang suka menghibur di istana presiden. Pada jaman Soeharto, asal bapak senang merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut orang-orang yang memberikan laporan hanya untuk menyenangkan hati pimpinan walaupun tak sesuai dengan kenyataannya. Pada jaman Habibie, ABS adalah singkatan dari Asli Bugis Sulawesi. Pada jaman Megawati, ABS adalah singkatan dari Anaknya Bapak Soekarno. Terakhir jaman SBY yang sebelum pemilihan legislatif melontarkan isu adanya kampanye ABS sebagai Asal Bukan Susilo. ABS juga bermakna sebagai kepalsuan secara umum yang dilakukan untuk menyenangkan dan memeroleh simpati atau penilaian baik dari atasan. Tentu, ABS erat kaitannya dengan perilaku: menjilat atau mencari muka. 

Rabu, 19 Oktober 2016

Berhati-hatilah dari Kemunafikan dan Orang Munafik

Nifaq/Munafiq itu ada dua, ada nifaq i'tiqadi dan ada nifaq 'amali. 

Para Munafiqun adalah Orang yang tidak punya pendirian, selalu ragu-ragu dalam keyakinan, tidak mempunyai pijakan yang jelas, tidak mengetahui arah dan jalan kebenaran, selalu terombang-ambing dalam kesesatan, para pendengki dan penipu. Selalu riya’ dalam setiap amalan yang diperbuat.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا مُذَبْذَبِينَ بَيْنَ ذَلِكَ لَا إِلَى هَؤُلَاءِ وَلَا إِلَى هَؤُلَاءِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ سَبِيلًا
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan merea. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian, tidak masuk kepada golongan ini dan tidak kepada golongan itu. Barang siapa yang disesatkan Allah, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan baginya.” (An-Nisaa’ 142-143)

Ibn Juraij mengatakan, “Ucapan orang munafiq selalu berbeda dengan perbuatannya. Apa yang ia sembunyikan selalu berbeda dengan apa yang ia tampakkan. Bathinnya berbeda dengan zhahirnya dan kehadirannya berbeda dengan ketidakhadirannya. Karena itu, nifaq i’tiqadi menjadikan pelakunya kafir dan keluar dari keimanan. Kemunafiqan tipe inilah yang ada pada orang-orang munafiq di masa Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wassalam.”

Di masa perang Badr, yang agung, saat Allah subhanahuwata'ala membuktikan keagungan-Nya serta memuliakan Islam dan para pengikutnya. Di Madinah ada seorang tokoh bernama Abdullah bin Ubai bin Salul. Dia adalah salah seorang pemimpin penduduk Madinah, berasal dari suku Khazraj, dan merupakan pembesar dua kabilah di masa jahiliyah, anggota suku-suku itu, secara aklamasi berjanji mengangkatnya sebagai raja. Kemudian datanglah Islam dan merekapun memeluknya. Abdullah bin Ubai bin Salul pun masuk Islam bersama keluarganya.

Senin, 10 Oktober 2016

Uang, Pengetahuan, dan Kekuasaan di Dunia Demokrasi


"Uang bukan segala-galanya, tapi segala-galanya membutuhkan uang."
Pernyataan tersebut menjadi falsafah hidup yang merasuki seluruh akivitas politisi kita. Uang tidak hanya menjadi alat tukar barang, tetapi uang juga telah mampu mengontrol totalitas kehidupan manusia dalam segala ruang. JANGAN bicara politik kalau tidak punya uang, jangan bicara menduduki jabatan struktural kalau tidak ada uang, dan jangan harap pula jadi PNS bila tidak punya uang, dan jangan mimpi menang tender kalau tidak punya uang. Di negeri ini semua diukur dengan uang. Punya uang, urusan lancar.
Uang dan kekuasaan ibarat dua mata uang, tidak terpisahkan, tetapi saling menopang satu sama lain. Politik membutuhkan uang untuk mengatrol kemenangan, sementara uang membutuhkan politik sebagai kendaraan untuk memperoleh keuntungan (more money).
Dalam bahasa berbeda, penguasa membutuhkan pengusaha dan pengusaha membutuhkan penguasa. Sinergisitas keduanya akan memunculkan kekuatan luar biasa. Dalam percaturan politik Indonesia, tren take and give antara uang dan kekuasaan atau antara penguasa dan pengusaha begitu terlihat.
Seorang yang ingin menjadi penguasa, dia harus mengeluarkan sekian trilyiun uang rupiah dari kantongnya. Dengan demikian, hanya mereka yang berduit yang dapat berkompetisi merebut kemenangan. Tanpa uang, kekuasaan hanya menjadi angan yang mengawang. Sekarang, politik dan kemenangan ditentukan oleh kuasa uang, bukan lagi milik para elite semata. Elite tanpa uang tak mampu memenangkan pertarungan. Demokrasi yang dipertontonkan saat ini berbiaya tinggi dan logikanya, hanya orang-orang yang memiliki dana besar, terutama para konglomeratlah yang bisa bermain politik atau yang berani ke gelanggang pertarungan politik. Merekalah yang kemudian menentukan bagaimana demokratisasi harus mengalir supaya keuntungan-keuntungan ekonomi-politik merembes dengan rapi. Demokrasi menjelma menjadi demokrasi oligarkis. Demokrasi yang semestinya sebagai bentuk kekuasaan “di tangan rakyat” menjelma menjadi kekuasaan “di tangan orang-orang kaya”, atau “para pemilik modal besar”.

John Nichols dan Robert W McChesney mengkritisi demokrasi yang saat ini sudah berubah menjadi “dollarocracy”. Pasalnya pada pemilu 2012 lalu di Amerika Serikat (AS) menjadi pemilu paling mahal dalam sejarah negeri yang berjuluk paman sam tersebut.Barack Obama menghabiskan biaya sekitar kurang lebih Rp. 12 terliun. Sedangkan lawannya Mitt Romney menghabiskan biaya sekitar kurang lebih Rp. 13 terliun.
Sama halnya dengan Indonesia, berapa trilyunan dana yang telah dihabiskan pada pileg dan pilpres selama ini?!. Bedanya jika di Amerika Serikat dana tersebut banyak dihabiskan untuk kampanye di media-media baik cetak atau elektronik. Di Indonesia dana tersebut justru banyak dipakai untuk membeli dan memanipulasi suara.

Minggu, 02 Oktober 2016

Tahun Baru Hijriah, Momentum Perubahan Peta Politik Umat Islam


Salah satu perbedaan antara umat Islam dengan umat selain Islam adalah terkait penanggalan tahun. Jika umat lain memiliki penanggalan tahun yakni seperti tahun masehi untuk agama masehi (agama nasrani,red), tahun baru Saka untuk umat Hindu, maka umat Islam pun memiliki kalender tahunan sendiri yakni yang dikenal dengan kalender Hijriah sebagai tahun baru Islam dengan 1 Muharram sebagai awal tahun baru Islam/tahun hijriyah.

Penetapan kalender Hijriyah dilakukan pada jaman Khalifah Umar bin Khatab, yang menetapkan peristiwa hijrahnya Rasulullah saw dari Mekah ke Madinah. Sebelumnya, orang Arab pra-kerasulan Rasulullah Muhammad SAW telah menggunakan bulan-bulan dalam kalender hijriyah ini. Hanya saja mereka tidak menetapkan ini tahun berapa, tetapi tahun apa. Misalnya saja kita mengetahui bahwa kelahiran Rasulullah SAW adalah pada Tahun Gajah. Abu Musa Al-Asyári sebagai salah satu gubernur di zaman Khalifah Umar r.a. menulis surat kepada Amirul Mukminin yang isinya menanyakan surat-surat dari khalifah yang tidak ada tahunnya, hanya tanggal dan bulan saja, sehingga membingungkan. Khalifah Umar lalu mengumpulkan beberapa sahabat senior seperti Utsman bin Affan r.a., Ali bin Abi Thalib r.a., Abdurrahman bin Auf r.a., Sa’ad bin Abi Waqqas r.a., Zubair bin Awwam r.a., dan Thalhan bin Ubaidillah r.a.

Mereka kemudian bermusyawarah mengenai kalender Islam. Ada yang mengusulkan berdasarkan milad Rasulullah saw. Ada juga yang mengusulkan berdasarkan pengangkatan Muhammad saw menjadi Rasul. Dan yang diterima adalah usul dari Ali bin Abi Thalib r.a. yaitu berdasarkan momentum hijrah Rasulullah SAW dari Makkah ke Yatstrib (Madinah). Maka semuanya setuju dengan usulan Ali r.a. dan ditetapkan bahwa tahun pertama dalam kalender Islam adalah pada masa hijrahnya Rasulullah saw. Sedangkan nama-nama bulan dalam kalender hijriyah ini diambil dari nama-nama bulan yang telah ada dan berlaku pada masa itu di wilayah Arab.

Sekilas perbedaan antara penanggalan Masehi dengan penanggalan Hijriah

Nama Bulan dalam Kalender Islam Hijriyah dan Alasan Penamaannya

Nama-Nama Bulan Dalam kalender Islam atau kalender hijriyah sendiri terdiri atas 12 bulan, yakni bulan Muharram, bulan Shafar, bulan Rabi'ul Awal, Rabi'ul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Dzulqa'idah, dan Dzulhijjah. Kalender hijriah ini digunakan umat Islam, khususnya untuk menentukan waktu yang berhubungan dengan ibadah maupun hari-hari yang penting lainnya. Penamaan kalender Hijriyah  sendiri dikarenakan di tahun pertama pada kalender ini yaitu tahun terjadinya sebuah peristiwa dimana Nabi Muhammad SAW berhijrah dari Makkah menuju Madinah di tahun 622 M.
Untuk lebih mengenal kalender hijriyah atau Islam ini, mari kita ulas Nama-Nama Bulan dalam Kalender Islam

1. Bulan Muharram (محرم)
Bulan Muharam merupakan bulan pertama dalam kalender Islam dengan banyaknya hari 30 hari. Kata Muharam menurut bahasa sendiri artinya diharamkan. Abu Amr ibn Al’Alaa berkata dimana “Dinamakan sebagai bulan Muharam sebab peperangan atau jihad diharamkan di bulan-bulan tersebut". Bila saja jihad disyariatkan dan hukumnya terlarang di bulan tersebut, dengan begitu hal tersebut bermakna dimana perbuatan-perbuatan secara asal sudah dilarang Allah Ta’ala mempunyai penekanan pengharaman agar lebih dihindari khusus di bulan Muharram ini. Di bulan tersebut Allah melarang agar umatnya tak melakukan segala perbuatan yang telah di larang-Nya.

2. Bulan Shafar (صفر)
Dalam kalender Islam sendiri bulan Shafar yaitu bulan kedua sesudah Muharam pada kalender Hijriyah atau Islam yang berdasarkan dengan tahun Qamariyah. Shafar artinya adalah kosong. Dinamakan sebagai bulan Shafar sebab di bulan ini dulu orang-orang dari Arab sering sekali meninggalkan rumah menyerang musuh. Berdasarkan bahasa, arti Safar kosong, namun ada juga yang mengartikannya bahwa Shafar adalah kuning.

Sabtu, 01 Oktober 2016

Kekejaman dan Kebiadaban PKI

Sejarah Indonesia pada 1948 ditandai dengan adanya pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun. Didahului gerakan revolusioner yang disebut formal fase nonparlementer, yakni pengambilalihan kekuasaan dari pemerintah yang sah. Kemudian berulang kembali peristiwa pemberontakan pada G30SPKI Tahun 1965, namun ancaman komunisme di Indonesia seakan sengaja dibiaskan. Bahkan beberapa pihak sempat mewacanakan agar pemerintah Indonesia harus meminta maaf terhadap kader-kader Partai Komunis Indonesia (PKI).

JANGAN PERNAH MELUPAKAN SEJARAH!

PKI: TAHUN 1945 s/d 1965
KRONOLOGIS
1. Tanggal 8 Oktober 1945: Gerakan Bawah Tanah PKI membentuk API (Angkatan Pemuda Indonesia) dan AMRI (Angkatan Muda Republik Indonesia).
2. Medio Oktober 1945: AMRI Slawi pimpinan Sakirman dan AMRI Talang pimpinan Kutil meneror, menangkap, dan membunuh sejumlah Pejabat Pemerintah di Tegal.
3. Tanggal 17 Oktober 1945: Tokoh Komunis Banten Ce’ Mamat yg terpilih sebagai Ketua KNI (Komite Nasional Indonesia) membentuk DPRS (Dewan Pemerintahan Rakyat Serang) dan merebut pemerintahan Keresidenan Banten melalui teror dengan kekuatan massanya.
4. Tanggal 18 Oktober 1945: Badan Direktorium Dewan Pusat yg dipimpin Tokoh Komunis Tangerang, Ahmad Khoirun, membentuk laskar yg diberi nama Ubel-Ubel dan mengambil alih kekuasaan pemerintahan Tangerang dari Bupati Agus Padmanegara.
5. Tanggal 21 Oktober 1945: PKI dibangun kembali secara terbuka.

Kamis, 29 September 2016

ISLAM DAN POLITIK (Islam mengatur politik dan politik bagian dari Islam)

Politik adalah salah satu aktivitas manusia terpenting sepanjang sejarah. Dengannya manusia saling mengelola potensi yang tersebar diantara mereka, saling bersinergi dalam tujuan yang sama, saling memahami dalam perbedaan yang ada. juga saling menjaga aturan yang disepakati bersama. Ada yang dipimpin dan ada yang memimpin, ada yang memikirkan sederet konsep mutakhir, ada juga yang merealisir. Ada yang memerintah dan ada juga yang diperintah. Semua ini adalah aktivitas umat manusia. Semakin skala aktivitas tersebut membesar, semakin tinggi bendera politik itu berkibar.
Namun, saat kata politik disandingkan dengan “ISLAM”, saat benderanya berkibar di langit-langit, saat suara para pembaru muslim yang meneriakkan “sistem politik Islam” melengking memasuki pendengaran generasi muda muslim dan mewarnai pola pikir mereka, ada banyak pihak yang berupaya menghalangi usaha itu.

Faktanya memang sudah sejak lama upaya memisahkan Islam dengan politik dilakukan secara sistematis dan gencar. Berbagai argumentasi disampaikan. Agama itu suci, sementara politik itu kotor. Kalau politik dikaitkan dengan agama, itu akan mengotori agama. Demikian kata mereka. Ada juga yang mengatakan, Islam bukanlah agama politik, tetapi agama ibadah dan akhlak. Di era 70-an ada jargon yang sangat terkenal yaitu "Islam Yes, Politik No".


Sebelum mengetahui bagaimana Islam memandang persoalan politik, ada baiknya kita meninjau beberapa pengakuan dari beberapa tokoh politik dunia terhadap hal tersebut. John L. Esposito dalam Islam and Politics, dengan jujur mengakui realitas sejarah umat Islam di masa awal hingga keruntuhannya senantiasa berpaku kepada aqidah Islam, Esposito menyatakan bahwa Agama (Islam) memberikan pandangan dunia, gagasan untuk kehidupan pribadi dan bersama, baik pada masa Khulafaurrasyidin, Umayyah dan Abbasiah, menurutnya dasar ideologi masyarakat maupun Negara saat itu adalah Islam. Lebih lanjut dia merincikan bahwa legitimasi dan otoritas penguasa, lembaga-lembaga peradilan, pendidikan dan sosial berakar pada Islam. (Esposito, 1990).

Minggu, 25 September 2016

Kupas Tuntas Kampanye (Strategi Pencitraan sampai Kampanye Hitam)

Apa itu Kampanye?
Merujuk Wikipedia, Kampanye adalah sebuah tindakan dan usaha yang bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok, kampanye biasa juga dilakukan guna memengaruhi, penghambatan, pembelokan pecapaian.

Adapun Kampanye politik adalah sebuah upaya yang terorganisir bertujuan untuk memengaruhi proses pengambilan keputusan para pemilih dan kampanye politik selalu merujuk pada kampanye pada pemilihan umum. Dalam sistem politik demokrasi, kampanye politis berdaya mengacu pada kampanye elektoral pencapaian dukungan, di mana wakil terpilih atau referenda diputuskan. Kampanye politis tindakan politik berupaya meliputi usaha terorganisir untuk mengubah kebijakan di dalam suatu institusi.

Kampanye umumnya dilakukan dengan slogan, pembicaraan, barang cetakan, penyiaran barang rekaman berbentuk gambar atau suara, dan simbol-simbol. Pada sistem politik totaliter, otoriter kampanye sering dan biasa dilakukan ke dalam bentuk tindakan teror, intimidasi, propaganda atau dakwah. Kampanye dapat juga dilakukan melalui Internet untuk rekayasa pencitraan kemudian berkembang menjadi upaya persamaan pengenalan sebuah gagasan atau isu kepada suatu kelompok tertentu yang diharapkan mendapatkan timbal balik dan tanggapan.

Strategi Pencitraan
Politik pencitraan adalah politik yang dibuat untuk menggambarkan seseorang, pejabat, partai, ormas, dll adalah baik atau buruk. Politik pencitraan positif digunakan untuk mengangkat elektibilitas diri dan golongannya sedangkan pencitraan negatif untuk menjatuhkan musuh/lawannya.
Disetiap perhelatan pemilu, kita melihat di internet atau di sudut-sudut jalan, banyak terpampang baliho-baliho foto caleg dari berbagai partai politik. Berbagai macam tagline, gaya dan baju terpapang di masing-masing baliho caleg itu. Sama halnya dengan kandidat dalam pilkada, mereka juga memasang baliho dan stiker foto-foto mereka.

Jumat, 23 September 2016

Tim Sukses Pemilukada

Kandidat dalam Pemilukada sebagaimana PEMILU pada umumnya membutuhkan tiga sumber daya utama:
1. Sumber Daya Manusia.
2. Dana.
3. Waktu.

SUMBER DAYA MANUSIA
Kandidat tidk mungkin memangkan PILKADA hanya berdua pasangan. Dibutuhkan banyak dukungan orang lain untuk mencapai kemenangan. SDM merupakan unsur strategis. Dibutuhkan orang dengan jumlah dan kualitas tertentu.
Pastikan memilih Tim Sukses yang tepat:
* Pastikan jumlah SDM yang dibutuhkan di setiap jenjang dan lini hingga ke titik TPS.
* Pastikan kualifikasi SDM yang dibutuhkan pada setiap jenjang.
* Pastikan SDM tersebut benar-benar berniat membantu.
* Pastikan SDM berasal dari asal usul yang jelas, jangan sampai orang2 dari “Lawan” yang masuk ke dalam tim.
* Selain tenaga sukarela, bagi yang benar2 bekerja full time perlu diberi kompensasi. “Pekerja politik” yang full time harus dibedakan dengan tenaga sukarela. Pekerja politik harus dihargai sama dengan pekerja bidang lainnya, tentu sebatas kemampuan kandidat, yang disepakati bersama.

SUMBER DAYA DANA
Dana adalah unsur vital kedua yang harus jelas asal usulnya dan jelas jumlahnya. Seluruh komponen operasional pemenangan Pilkada bergantung kepada jumlah dana yang tersedia. Semua strategi disusun berdasarkan kapasitas dana.