Minggu, 25 September 2016

Kupas Tuntas Kampanye (Strategi Pencitraan sampai Kampanye Hitam)

Apa itu Kampanye?
Merujuk Wikipedia, Kampanye adalah sebuah tindakan dan usaha yang bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok, kampanye biasa juga dilakukan guna memengaruhi, penghambatan, pembelokan pecapaian.

Adapun Kampanye politik adalah sebuah upaya yang terorganisir bertujuan untuk memengaruhi proses pengambilan keputusan para pemilih dan kampanye politik selalu merujuk pada kampanye pada pemilihan umum. Dalam sistem politik demokrasi, kampanye politis berdaya mengacu pada kampanye elektoral pencapaian dukungan, di mana wakil terpilih atau referenda diputuskan. Kampanye politis tindakan politik berupaya meliputi usaha terorganisir untuk mengubah kebijakan di dalam suatu institusi.

Kampanye umumnya dilakukan dengan slogan, pembicaraan, barang cetakan, penyiaran barang rekaman berbentuk gambar atau suara, dan simbol-simbol. Pada sistem politik totaliter, otoriter kampanye sering dan biasa dilakukan ke dalam bentuk tindakan teror, intimidasi, propaganda atau dakwah. Kampanye dapat juga dilakukan melalui Internet untuk rekayasa pencitraan kemudian berkembang menjadi upaya persamaan pengenalan sebuah gagasan atau isu kepada suatu kelompok tertentu yang diharapkan mendapatkan timbal balik dan tanggapan.

Strategi Pencitraan
Politik pencitraan adalah politik yang dibuat untuk menggambarkan seseorang, pejabat, partai, ormas, dll adalah baik atau buruk. Politik pencitraan positif digunakan untuk mengangkat elektibilitas diri dan golongannya sedangkan pencitraan negatif untuk menjatuhkan musuh/lawannya.
Disetiap perhelatan pemilu, kita melihat di internet atau di sudut-sudut jalan, banyak terpampang baliho-baliho foto caleg dari berbagai partai politik. Berbagai macam tagline, gaya dan baju terpapang di masing-masing baliho caleg itu. Sama halnya dengan kandidat dalam pilkada, mereka juga memasang baliho dan stiker foto-foto mereka.

Namun persoalanya apakah tulisan, gaya dan baju yang mereka kenakan dalam foto yang dipampang di baliho sudah melalui proses kajian mendalam? Hal ini sangat mengelitik, karena kebanyakan baliho-baliho yang terpampang di jalan-jalan nampak sembarangan dan bukan hasil dari sebuah konsep yang dipikirkan terlebih dahulu.
Dalam bahasa konsultan politik, seorang kandidat haruslah memiliki strategi pencitraan terlebih dahulu. Dengan strategi pencitraan ini seorang kandidat jadinya memiliki arah yang jelas dan juga tujuan yang jelas bagaimana membuat baliho dan berbagai alat peraga kampanye lainya. Caleg atau kandidat menjadi mengerti apa yang harus dituliskan dalam taglinenya, bisa menentukan gaya dan baju apa yang harus dipakai dalam alat-alat peraga kampanye, serta kepada siapa alat peraga kampanye ini ditujukan.

Pertanyaanya selanjutnya, bagaimana cara kandidat membangun strategi pencitraan, mulai dari mana dan butuh apa saja untuk membangun strategi ini.
Untuk membangun strategi pencitraan, kandidat membutuhkan 2 hal yaitu;
1.Isi pesan dan
2. Alat/metode.
Jadi untuk membangun strategi pencitraan, kandidat harus terlebih dahulu memikirkan apa 'isi pesan' yang ingin disampaikan kepada pemilih. Isi pesan yang dimaksud disini adalah 'citra' apa yang ingin dicitrakan kepada dirinya. Misalnya, kandidat ingin dicitrakan sebagai tokoh yang 'merakyat', 'dermawan', 'religius', 'tegas dan disiplin', 'pintar dan intelektual', 'profesional' dan lain sebagainya. 

Untuk bisa menentukan 'isi pesan' yang tepat tentunya diperlukan kajian dan pemikiran yang matang. 
Kandidat perlu melakukan pemetaan politik untuk menggali 'citra' pemimpin yang bagaimana yang banyak diinginkan atau dibutuhkan oleh pemilih, segmen pemilih mana yang akan menjadi prioritas kandidat untuk didekati dan tentunya mempertimbangkan sepak terjang kandidat selama ini.
Dari konsep 'isi pesan' ini kemudian kandidat bisa menurunkan pada simbol atau asesoris untuk menguatkan 'isi pesan' tersebut. Ada beberapa teknik agar simbol atau aksesoris tersebut memiliki kekuatan (kiat ini bisa dilanjutkan dengan reperensi lain).
Bila kandidat belum memiliki konsep 'isi pesan' pencitraan ini sebaiknya kandidat jangn memproduksi baliho, stiker dan lain sebagainya.

Nah, baru setelah kandidat memiliki konsep yang jelas tentang 'isi pesan' pencitraan dirinya, kandidat melangkah pada langkah memilih metode atau alat untuk menyebarkan 'isi pesan' pencitraan ini ke pemilih. Sesungguhnya banyak alat dan metode yang bisa digunakan oleh kandidat untuk menyebarkan 'isi pesan' pencitraan ini. Secara garis besar, metode ini dapat dikelompokan dalam 2 katagori, yaitu metode konvensional dan non-konvensional.

Model Kampanye Efektif
Ada satu prinsip yang terlebih dahulu harus dijelaskan disini, yaitu bahwa sesungguhnya tidak ada satu metode kampanye yang secara generik mampu menggerakan pemilih secara efektif di segala situasi dan kondisi. Sering kita membaca atau mendengar dari politisi atau pengamat bahwa metode kampanye yang efektif adalah melakukan “X”. Mungkin benar metode “X” sangat efektif saat itu, tetapi metode ini belum tentu efektif bila yang melakukan orang lain, di waktu yang berbeda dan tempat yang berbeda. Contohnya begini, di satu daerah kandidat A melakukan kampanye dengan cara gerak jalan massal. Metode ini berhasil diikuti oleh masyarakat setempat dan efektif mengerakan pemilih. Namun, metode gerak jalan massal ini belum tentu efektif bila dilakukan oleh kandidat B yang berada di tempat dan waktu yang berbeda yang situasi dan kondisinya sangat berbeda. Demikian juga metode-metode kampanye yang lain.
Intinya, metode kampanye yang efektif adalah metode yang memang sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat atau pemilih. Metode kampanye efektif harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Metode kampanye efektif juga harus memperhatikan social budaya masyarakat setempat.
Metode kampanye efektif juga menimbang segmen social yang dihadapi. Metode kampanye efektif di daerah perkotaan tentu berbeda dengan metode kampanye di daerah pedesaan.
Disini kita membedakan dua metode kampanye yaitu:
1. metode kampanye konvensional dan
2. metode kampanye non-konvensional.

Metode kampanye konvensional
Metode konvensional adalah metode-metode kampanye yang sudah lazim digunakan oleh kandidat dalam sebuah pemilu. Metode konvensional ini sudah sangat dikenal di masyarakat. Bahkan metode ini sudah identik dengan pemilu. Misalnya, metode pemasangan poster atau baliho. Begitu ada baliho besar bergambar foto seseorang, dapat dipastikan masyarakat akan langsung tahu orang dalam foto tersebut akan mencalonkan dalam pemilu. Itulah kelebihan metode kampanye konvensional. Pesan langsung bisa ditangkap oleh masyarakat. Popularitas kandidat bisa langsung terdongkrak dalam waktu singkat. Agar metode konvensional ini efektif dibutuhkan jumlah dan ukuran yang besar. Ribuan poster dipasang disetiap sudut jalan. Baliho besar dipasang di jalan-jalan protocol. Metode konvensional ini biasanya membutuhkan biaya yang besar pula. Namun, metode konvensional ini hanya mampu masuk pada dataran kognisi pemilih. Metode ini hanya efektif meningkatkan popularitas namun belum tentu efektif dalam meningkatkan elektabilitas.

Metode kampanye non-konvensional
Metode non-konvensional adalah metode kampanye yang unik atau belum pernah dilakukan oleh seorang kandidat di daerah tersebut. Artinya metode ini mungkin sudah biasa dilakukan di suatu daerah, tapi tidak lazim untuk di daerah lain. Metode ini bisa dikatakan metode yang tidak lazim dilakukan oleh seoarang kandidat di suatu daerah pemilihan. Misalnya, seorang kandidat melakukan kampanye dengan cara menggunakan kostum superman. Di setiap penampilannya di depan publik seperti terminal, pasar dan stasiun kereta api dia selalu mengenakan kostum superman. Ini cara kampanye 'gila'? Ya, memang metode non-konvensional adalah metode 'gila' untuk mencuri perhatian masyarakat. Metode ini tidak memerlukan biaya tinggi. Kekuatan metode ini adalah pada tingkat kebaruan. Semakin baru dan belum pernah dilakukan oleh kandidat lain semakin kuat metode ini memancing perhatian masyarakat atau pemilih. Butuh kreativitas tinggi untuk bisa menciptakan metode non-konvensional. Salah satu hal lain yang dibutuhkan lagi adalah keberanian keluar dari kebiasaan. Namun jangan asal 'gila' karena bisa-bisa dianggap gila benaran.

Sering didapati para kandidat Pilkada dan Pileg yang kurang bisa menentukan model kampanye apa yang 'paling tepat untuk dirinya'. Jadi bukan model kampanye yang tepat untuk orang lain. Ini perlu digaris bawahi sebab tidak setiap model kampanye yang efektif untuk kandidat A juga akan efektif untuk kandidat B. Mengapa? karena setiap kandidat memiliki 'penyakit politik' sendiri-sendiri. Dan setiap 'penyakit politik' tersebut membutuhkan obat, yaitu cara kampanye. Layaknya penyakit biologis, 'penyakit politik' juga membutukan obat cara kampanye yang tepat. Tidak semua cara kampanye cocok untuk setiap 'penyakit politik' yang diindap oleh masing-masing kandidat. Jadi setiap penyakit membutuhkan obat tersendiri. Jangan sampai salah obat, orang sakit kulit tapi dikasih obat cacing.
Demikian juga cara kampanye. Jangan sampai kandidat salah dalam memilih cara kampanyenya. Bila salah memilih model kampanye, alih-alih meraih banyak dukungan, malah terjadi peborosan biaya dan tenaga yang sia-sia. 

Sekarang, apa sih yang dimaksud dengan 'penyakit politik' kandidat? Secara umum ada dua penyakit politik kandidat dalam pemilu, yaitu;
1. Tingkat Elektabilitas (tingkat dukungan/keterpilihan)
2. Tingkat Popularitas.  (tingkat pengenalan/keterkenalan)
Kandidat yang memiliki persoalan dengan tingkat elektabilitas ya jangan diobati dengan obat (cara kampanye) untuk meningkatkan popularitas. Dan sebaliknya, kandidat yang memiliki masalah dengan tingkat popularitas jangan disuruh minum obat untuk meningkatkan elektabilitas.
Nah berdasarkan landasan berpikir ini, macam kampanye bisa dibedakan berdasarkan tujuannya. Yaitu;
1. Model Kampanye Peningkatan Elektabilitas, dan
2. Model Kampanye Peningkatan Popularitas.
Terus, model-model kampanye peningkatan elektabilitas itu yang seperti apa dan yang model-model kampanye peningkatan popularitas seperti apa? 
Berikut ini model-model kampanye yang bisa dikatagorikan sebagai model kampanye peningkatan elektabilitas:
1. Kunjungan langsung terprogram
2. Kunjungan langsung insidental
3. Ceramah/Pengajian
4. Aksi sosial terprogram
5. Aksi sosial insidental
6. Peresmian
7. Kontrak politik
8. Turnamen
9. Pawai
10. Hiburan/Kesenian, dll

Kampanye Hitam (Black Campaign)
Kampanye hitam (Black campaign), adalah penggunaan metode rayuan yang merusak, sindiran atau rumors yang tersebar mengenai sasaran kepada para kandidat atau calon kepada masyarakat agar menimbulkan presepsi yang dianggap tidak etis terutama dalam hal kebijakan publik. komunikasi ini diusahakan agar menimbulkan fenomena sikap resistensi dari para pemilih, kampanye hitam umumnya dapat dilakukan oleh kandidat atau calon bahkan pihak lain secara efisien karena kekurangan sumber daya yang kuat untuk menyerang salah satu kandidat atau calon lain dengan bermain pada permainan emosi para pemilih agar pada akhirnya dapat meninggalkan kandidat atau calon pilihannya

Kampanye negatif atau black campaign selalu digunakan oleh lawan politik untuk menjatuhkan kredibiltas kandindat. Hal ini jangan terlalu dipermasalahkan. Anggap saja dalam persaingan itu adalah hal yang biasa. Yang terpenting justru bagaimana mengantisipasi dan mengatasi black campaign itu agar tidak merugikan kandidat.
Dalam perang, black campaign digunakan untuk menjatuhkan semangat prajurit, mereduksi kepercayaan, mengurangi dukungan rakyat, serta membiaskan fokus para pemikir strategi perang (psiko-war). Tujuan yang sama juga berlaku dalam Pilkada.
Dalam Pilkada black campaign dilakukan secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Yang terang-terangan dilakukan secara terbuka dan dilakukan oleh orang yang jelas. Sedangkan yang tertutup dilakukan secara sembunyi-sembunyi, dari mulut-ke mulut, tak jelas siapa penanggung jawabnya bahkan pelakuknya.

Seringkali yang terang-terangan lebih mudah dipatahkan daripada yang sembunyi-sembunyi. Seorang tokoh masyarakat yang semula loyal serta berkomitment untuk mengerahkan warganya memilh kandidat, tiba-tiba beralih kepada kandidat lain, hanya karena malamnya ia didatangi oleh seorang tokoh masyarakat lainnya dan menjelaskan skandal keuangan yang menimpa kandidat yang kita dukung. Lengkap dengan kronologisnya, saksinya, serta dalil-dalil agamanya.
Black campign seperti ini jauh lebih mengerikan dibandingkan dengan black campaign yang dilakukan terbuka. Karena tak tampak dan langsung kepada sasaran. Kalau ada issue dikoran, kita lebih mudah memantaunya.

Apa yang mesti dilakukan untuk mengantisipasi black campaign tertutup seperti itu?
1. Jadilah pendengar yang baik. Anda harus membangun struktur komunikasi yang baik kepada saluran-saluran pemasaran Anda. Dengan saluran yang baik itu, semua pendapat negatif dan issue miring yang menimpa Anda dapat tercium terlebih dahulu.
2. Inventarisir issue-issue miring yang menimpa kandidat, lalu buatlah kronologis terhadap issu-isuee tersebut. Tentu saja dengan perspektif yang positif, semacam klarifikasi. Jika terdapat issue negatif yang mulai menyebar di masyarakat, segera gandakan klarifikasi tersebut dan banjiri target dengan klarifikasi yang telah dipersiapkan. Baik melalui pengiriman tulisan maupun utusan.
3. Kendalikan media massa. Jangan sampai media massa mengangkat issue-issue bombastis seperti itu. Koran tentu akan sangat senang memuat berita tersebut, karena korannya akan laku. Namun perlu diingatkan kepada mereka bahwa memuat berita yang belum tentu kebenarannya akan menjadi boomerang bagi media tersebut. lakukan bujukan secara halus untuk menyampaikan hal tersebut. Kalaupun mereka tetap akan memuat berita, sampaikan kewajiban untuk memuat dua sisi berita yang seimbang (cover side both), klarifikasi dengan memuat cerita versi sebenarnya juga perlu dilakukan jika berita tersebut terlanjur dimuat media. 
4. Hubungi tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh, dan jelaskanlah kejadian sesungguhnya secara langsung, tanpa perantara, oleh kandidat yang bersangkutan.
5. Bentuklah tim yang terdiri dari orang-orang yang dapat dipercaya untuk memantau dan mengkalrifikasi black campign yang dilakukan lawan politik. 
Formulasi yang paling jitu menghadapi black campaig sebenarnya adalah dengan cara mengantisipasinya. Jangan biarkan dia berkembang.

Demikian, semoga bermanfa’at… Salam Tanoh Alas Metuah...

Rujukan :
1. http://www.lkpi.org/
2. https://id.wikipedia.org/wiki/
3.  Dan sumber-sumber lain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar