Sabtu, 12 November 2016

KEBENARAN dianggap DUSTA dan DUSTA dianggap KEBENARAN

Dunia dah berbolak balik?!
Sungguh benar ucapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tentang apa yang akan terjadi. Imam Ibnu Majah meriwayatkan di dalam Sunannya :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ قُدَامَةَ الْجُمَحِيُّ عَنْ إِسْحَقَ بْنِ أَبِي الْفُرَاتِ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
Abu Bakr bin Abi Syaibah menuturkan kepada kami. Dia berkata; Yazid bin Harun menuturkan kepada kami. Dia berkata; Abdul Malik bin Qudamah al-Jumahi menuturkan kepada kami dari Ishaq bin Abil Farrat dari al-Maqburi dari Abu Hurairah -radhiyAllahu’anhu-, dia berkata; "Rasulullah shallAllahu ‘alaihi wa sallam bersabda, akan datang suata masa penuh tipu daya. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dikhianati. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.”

Di antara sebab murkanya Allah kepada bangsa Yahudi, adalah karena mereka mendustakan nabi-nabi yang diutus. Padahal tidaklah Allah memilih utusan-utusan-Nya, kecuali dari orang-orang terbaik di kalangan dan pada zamannya. Tentu saja, karena Allah Subhaanahu wa ta’alaa mengutus mereka dalam rangka mengajak manusia beribadah hanya kepada Allah dan meninggalkan kesyirikan. Mereka dipilih untuk diterima, dicintai, diutamakan, serta diteladani. Mereka diutus untuk didengar, dipercaya dibenarkan, kemudian dita’ati dan diikuti.

Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau diutus untuk mengajari manusia tentang kejujuran, karenanya mustahil kalau dirinya sendiri pendusta. Beliau Shallallahu 'alaihi wasallam diutus untuk mengajari manusia tentang amanah, karenanya mustahil kalau dirinya sendiri khianat. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam diutus untuk mengajari manusia tentang Al Haq, karenanya mustahil kalau dirinya sendiri menempuh cara-cara yang bathil.
Untuk misi yang sangat mulia inilah karenanya Allah Subhaanahu wa ta’alaa tidak membiarkan Beliau Shallallahu 'alaihi wasallam berbicara kecuali di bawah bimbingan wahyu.
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوْحَى
"Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan." (An-Najm, 3-4)
Bahkan lebih dari itu, Beliau Shallallahu 'alaihi wasallam pun diperintahkan Allah Subhaanahu wa ta’alaa untuk mengajari para pengikutnya, agar meneladani cara-cara beliau. Sehingga Allah Subhaanahu wa ta’alaa pun memberikan jaminan akan keteladanan Beliau, dari sisi atau sudut manapun dan sebagai apapun dia.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً
"Sungguh pada diri Rasulullah terdapat teladan yang baik bagi mereka yang mengharapkan perjumpaan dengan Allah dan hari Akhir, serta banyak mengingat Allah." (Al Ahzab, 21)

Setelah begitu sempurnanya Allah Subhaanahu wa ta’alaa persiapkan Beliau Shallallahu 'alaihi wasallam, dipilih dari keluarga terhormat di kalangan dan pada zamannya, dikenal sebagai Al Amin bahkan sebelum dilantik menjadi nabi, dihiasai dengan akhlaq mulia yang diakui bahkan oleh musuh-musuhnya, dibimbing di dalam bicara dan berda’wah. namun masih begitu banyak yang mendustakannya dan hidayah tak mereka peroleh. Maka bagaimana pula jadinya jika melalui seseorang yang bukan dipersiapkan oleh Allah Subhaanahu wa ta’alaa, bukan utusan-NYA, tak dikenal sebagai Al Amin, belum terbukti akhlaqnya, serta tidak dibimbing Allah di dalam bicara dan bertingkah laku?

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam telah memperingatkan kita akan "sanawat khada'at"! Akankah peringatan itu kita dustakan?
Wahai, Inilah saatnya zaman tersebut ! Zaman yang lebih buruk dari pada zaman ketika Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam diutus. Orang-orang jahiliyah di masa itu hanya mendustakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Mereka hanya mendustakan kebenaran, tetapi tidak pernah membenarkan kedustaan. Bahkan kedustaan dianggap sebagai akhlaq orang-orang rendahan. Mereka tidak pernah menjadikan kedustaan sebagai wasilah untuk menggapai maksud. Mereka tidak pernah menghalalkan cara-cara hina guna mencapai tujuan.
Adapun zaman sekarang, yang haq didustakan -dengan berbagai alasan-. sedangkan yang bathil dibenarkan dan dianggap benar -juga dengan berbagai alasan-. Khabar yang shahih diragu-ragukan, sedangkan cerita khayali dianggap suatu kebenaran. Da’wah yang haq ditinggalkan, sedangkan kedustaan dijadikan panutan.
Cerpen, dongeng, sandiwara, dan yang semisal dengannya tidak lebih dari bentuk-bentuk kedustaan atau kebohongan yang dikemas dengan keindahan bahasa, alur cerita, dan cara pengungkapan. Tetapi hakekatnya tetap dusta.

Ya, inilah saatnya zaman tersebut ! Di mana kebenaran didustakan dan kedustaan dibenarkan.!
Inilah zaman itu, inilah masanya zaman dan masa di mana yang dusta dipercaya, yang benar didustakan, pengkhianat diberi amanah, dan yang amanah malah dikhianati.

Berbanyaklah baca do’a Nabi Nuh 'alahissalam:
رَبِّ انْصُرْنِي بِمَا كَذَّبُوْنِ

"Ya Tuhanku, tolonglah aku, karena mereka mendustakan aku." (Al Mu'minuun, 26)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar