Nifaq/Munafiq itu ada dua, ada nifaq i'tiqadi dan ada nifaq 'amali.
Para Munafiqun adalah Orang yang tidak punya pendirian, selalu ragu-ragu dalam keyakinan, tidak mempunyai pijakan yang jelas, tidak mengetahui arah dan jalan kebenaran, selalu terombang-ambing dalam kesesatan, para pendengki dan penipu. Selalu riya’ dalam setiap amalan yang diperbuat.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ
خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ
وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا مُذَبْذَبِينَ بَيْنَ ذَلِكَ لَا إِلَى
هَؤُلَاءِ وَلَا إِلَى هَؤُلَاءِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ سَبِيلًا
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan
Allah akan membalas tipuan merea. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat
mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya di hadapan manusia. Dan
tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. Mereka dalam keadaan
ragu-ragu antara yang demikian, tidak masuk kepada golongan ini dan tidak
kepada golongan itu. Barang siapa yang disesatkan Allah, maka kamu sekali-kali
tidak akan mendapat jalan baginya.” (An-Nisaa’ 142-143)
Ibn Juraij mengatakan, “Ucapan orang munafiq selalu berbeda
dengan perbuatannya. Apa yang ia sembunyikan selalu berbeda dengan apa yang ia
tampakkan. Bathinnya berbeda dengan zhahirnya dan kehadirannya berbeda dengan
ketidakhadirannya. Karena itu, nifaq i’tiqadi menjadikan pelakunya kafir dan
keluar dari keimanan. Kemunafiqan tipe inilah yang ada pada orang-orang munafiq
di masa Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wassalam.”
Di masa perang Badr, yang agung, saat Allah
subhanahuwata'ala membuktikan keagungan-Nya serta memuliakan Islam dan para
pengikutnya. Di Madinah ada seorang tokoh bernama Abdullah bin Ubai bin Salul.
Dia adalah salah seorang pemimpin penduduk Madinah, berasal dari suku Khazraj,
dan merupakan pembesar dua kabilah di masa jahiliyah, anggota suku-suku itu,
secara aklamasi berjanji mengangkatnya sebagai raja. Kemudian datanglah Islam
dan merekapun memeluknya. Abdullah bin Ubai bin Salul pun masuk Islam bersama
keluarganya.
Saat perang Badr berkecamuk, Abdullah bin Ubai bin Salul
berkata, “Urusan ini sudah jelas”. Kemudian ia menampakkan keIslamannya dan
masuklah bersamanya beberapa golongan dan pengikutnya serta kelompok lain dari
Ahlul Kitab. Karena itu, kemunafiqan mulai ditemukan di dalam tubuh penduduk
Madinah dan orang-orang sekitarnya.
Sedangkan Nifaq ‘amali (perbuatan) adalah salah satu dari bagian
dosa besar. Pelakunya adalah orang yang melakukan beberapa perbuatan
kemunafiqan yang telah dikategorikan oleh Rasulullah Shallahu Alaihi Wa sallam
dalam banyak sabdanya. Seperti perbuatan dengan menyembunyikan kekufuran dan
menampakkan keimanan.
Dari Abdullah bin Umar dan Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah
Shallahu Alaihi Wasallam, bersabda :
أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا
وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْ النِّفَاقِ حَتَّى
يَدَعَهَا إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ وَإِذَا
خَاصَمَ فَجَرَ
“Ada empat perkara yagn apabila terkumpul pada diri
seseorang, maka ia adalah orang munafiq tulen. Dan barangsiapa yang hanya
terkumpul salah satu darinya, maka ia telah memiliki tabiat orang munafiq
sampai ia dapaat meninggalkannya. Yaitu, jika ia dipercaya, maka ia berkhianat,
jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia akan ingkar janji, jika berseteru
ia akan ber buat keji”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Kemunafiqan digambarkan sebagai sindrom (gejala) berbahaya
bagi setiap individu kaum muslimin. Ibnu Rajab rahimahullah berkata : Adalah
para Shahabat sangat takut terhadap diri mereka akan tertimpa kemunafiqan. Imam
Bukhari didalam kitab shahihnya menuqil perkataan Ibnu abi malikah, beliau
berkata: Aku bertemu dengan tiga puluh orang shahabat Nabi salallahu 'alaihi
wasallam, semuanya takut terhadap diri mereka akan tertimpa kemunafiqan.
Karena itu, nifaq/kemunafiqan mutlak harus dijauhi.
Kemunafiqan juga membahayakan bagi umat manusia, dan hari depan kehidupan.
Allah Azza Wa Jalla telah memperingatkan kepada orang-orang mukmin tentang
sosok orang-orang munafiq. Mereka adalah orang-orang yang lebih pantas untuk
dimusuhi, dilawan dan dihadapi sebagai musuh nyata dibandingkan musuh yang jauh
lokasinya, sudah diketahui, dan jelas keberadaannya. Allah subhanahuwata'ala
befirman:
وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ
وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ
كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى
يُؤْفَكُونَ
“Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka
menjadkan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan
mereka. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa setiap
teriakan yang keras ditujukkan kepada mereka. Mereka itulah musuh, maka
waspadalah terhadap mereka, semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah
mereka sampai dipalingkan dari kebenaran”. (Al-Munafiqun : 4)
Allah Azza Wa Jalla mengingatkan orang-orang mukmin, bahwa
orang-orang munafiq adalah musuh yang sesungguhnya yang harus diwaspadai, awas
dari tipu daya, kelicikan dan kencenderungan sikap aniaya mereka. Mereka
berusaha menguping kaum mukminin secara sembunyi-sembunyi demi kemaslahatan orang-orang
kafir. Allah Ta’ala berfirman :
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ
وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
“Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan
orang-orang munafiq itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka,
ialah neraka Jahanam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya”.
(At-Taubah 73)
Dalam ayat ini, ada sebuah bentuk perintah dari Allah Ta’ala
kepada Nabi Shallahu Alaihi Wasallam untuk berjihad melawan orang-orang kafir.
Secara khusus, wahyu tersebut memperingatkan Nabi Shallahu Alaihi Wasalllam,
tentang bahaya orang-oran manufik, tipu daya dan kecenderungan makar mereka.
Sifat nifaq itu dapat menimbulkan berbagai akibat yang
sangat buruk, dan mengancam kehidupan manusia. Orang munafiq menimbulkan
kerusakan yang amat berbahaya di muka bumi. Mereka akan selalu membuat
kerusakan, yang tiada henti-hentinya. Orang-orang munafiq akan mencabut agama
(Islam) sampai ke akar-akarnya. Meskipun -karena sifatnya kemanufikannya itu-
mereka tidak merasa bahwa mereka berbuat kerusakan. Maka, apabila
diperingatkan,لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ
“Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi!”, maka mereka akan menjawab, إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ
“Kami menghendaki pembangunan, mengeluarkan umat dari kebodohan dan kezaliman
menuju ilmu dan cahaya, dari keterpurukan menuju modernitas, dan dari
kemunduran menuju kemajuan. Kami hanyalah kalangan orang yang menghendaki
reformasi”, ujar mereka.
Hakekatnya mereka adalah para pendusta! Merekalah destruktor
(perusak) yang sesungguhnya. Tetapi tidak pernah menyadari, atau pura-pura
tidak menyadari, bahwa tindakan atau amal mereka merusak. Mereka mengeluarkan
jargon-jargon yang indah dan memikat bagi kaum muslimin, sehingga banyak kaum
muslmin yang tertipu oleh bujukan jargon orang-orang munafiq itu. Sesungguhnya,
mereka itu, yang melakukan kerusakan, baik itu kerusakan terhadap aqidah,
pemikiran, ekonomi, sosial, politik, budaya, dan kemiliteran.
Karena itu, jika dicegah perbuatan yang merusak itu, mereka
tidak mau ambil peduli. Alasan utama mereka adalah : “Kami adalah para reformis
dan kalian adalah orang-orang yang tidak menghendaki perubahan. Kami adalah
orang-orang yang benar, sedangkan kalian adalah orang-orang yang salah. Kami
adalah orang-orang yang cerdas, memiliki visi masa depan, sedangkan kalian
orang-orang yang dungu, dan hanya berorienasi ke masa lalu”, tegas orang-orang
manufik itu. Allah Ta’ala berfirman :
أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا
يَشْعُرُونَ
“Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang
membuat kerusakan di muka bumi, tetapi mereka tidak sadar”. (Al-Baqarah : 12)
Ditataran para tokoh, mereka berusaha melahirkan kader-kader
baru, dan mendidik generasi baru, yang akan memiliki karakter dan sifat-sifat
manufik, terutama para ulama jahat (syu’), ulama yang menjilat penguasa fasik,
dan para ulama mansuniyah (freemanson), agar mereka dapat melempar berbagai
kerancuan di tengah-tengah kaum muslimin dan membuat kaum muslimin ragu dan
meninggalkan Islam.
Mereka menyulut kaum muslimin dengan berbagai provokasi
pemikiran yang لا دينية ‘la diniyah’
(sekuler), yang dibungkus dengan jargon-jargon yang seakan-akan benar bersumber
dari pokok dasar Islam, tapi sebenarnya dari ajaran setan. Mereka banyak mendirikan
lembaga pendidikan dengan bungkusan lebel yang sangat indah, menarik kaum
muslimin, sekolah-sekolah, lembaga-lembaga, surat kabar, majalah, radio, yang
lebih fokus dengan tujuan menyelewengkan ajaran Islam.
Kalangan yang berperan besar menyuburkan kelompok munafiq,
seperti sejarah awalnya lahirnya, orang-orang munafiq, tak lain adalah kalangan
Yahudi dan Nasrani, orang-orang yang serupa dengan mereka dan kaum munafiq
dikalangan umat ini. Mereka bertujuan ingin memadamkan cahaya Allah, dan
menanamkan keraguan kepda banyak orang dengan kebenaran. Padahal, mereka
sendiri selalu berbantah-bantahan dan bermusuh-musuhan.
Allah berfirman :
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ نَافَقُوا يَقُولُونَ
لِإِخْوَانِهِمُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَئِنْ أُخْرِجْتُمْ لَنَخْرُجَنَّ
مَعَكُمْ وَلَا نُطِيعُ فِيكُمْ أَحَدًا أَبَدًا وَإِنْ قُوتِلْتُمْ لَنَنْصُرَنَّكُمْ
وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
“Apakah kamu tiada memperhatikan orang-orang yang munafiq
yang berkata keapda saudara-saudara mereka yang kafir diantara ahli kitab,
‘Sesungguhnya jika kamu diusir, niscaya kamipun akan keluar bersama kamu, dan
kami selama-lamanya tidak akan patuh kdepada seiapapun untuk menyusahkan kamu”.
(Al-Hasyr : 11).
Demikkianlah, sebuah fakta dari karakter dasar orang-orang
manufik sepanjang sejarah kemanusiaan yang telah berlangsung sejak dahulu kala.
Karenanya, berhati-hatilah. Kemunafiqan itu dapat menjangkiti
siapapun bahkan orang yang paling terdekat dengan kita. Allah subhanahuwata’ala
berfirman:
وَمِمَّنْ حَوْلَكُمْ مِنَ الْأَعْرَابِ مُنَافِقُونَ
وَمِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ مَرَدُوا عَلَى النِّفَاقِ لَا تَعْلَمُهُمْ نَحْنُ نَعْلَمُهُمْ
سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَى عَذَابٍ عَظِيمٍ
“Di antara orang-orang Arab Badwi yang di sekelilingmu itu,
ada orang-orang munafik dan di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan
dalam kemunafikannya. Kamu tidak mengetahui mereka, Kamilah yang mengetahui
mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan
kepada azab yang besar”. (At-Taubah 101)
Wallahu a'lam bisshawab…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar