Rabu, 19 Oktober 2016

Berhati-hatilah dari Kemunafikan dan Orang Munafik

Nifaq/Munafiq itu ada dua, ada nifaq i'tiqadi dan ada nifaq 'amali. 

Para Munafiqun adalah Orang yang tidak punya pendirian, selalu ragu-ragu dalam keyakinan, tidak mempunyai pijakan yang jelas, tidak mengetahui arah dan jalan kebenaran, selalu terombang-ambing dalam kesesatan, para pendengki dan penipu. Selalu riya’ dalam setiap amalan yang diperbuat.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا مُذَبْذَبِينَ بَيْنَ ذَلِكَ لَا إِلَى هَؤُلَاءِ وَلَا إِلَى هَؤُلَاءِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ سَبِيلًا
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan merea. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian, tidak masuk kepada golongan ini dan tidak kepada golongan itu. Barang siapa yang disesatkan Allah, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan baginya.” (An-Nisaa’ 142-143)

Ibn Juraij mengatakan, “Ucapan orang munafiq selalu berbeda dengan perbuatannya. Apa yang ia sembunyikan selalu berbeda dengan apa yang ia tampakkan. Bathinnya berbeda dengan zhahirnya dan kehadirannya berbeda dengan ketidakhadirannya. Karena itu, nifaq i’tiqadi menjadikan pelakunya kafir dan keluar dari keimanan. Kemunafiqan tipe inilah yang ada pada orang-orang munafiq di masa Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wassalam.”

Di masa perang Badr, yang agung, saat Allah subhanahuwata'ala membuktikan keagungan-Nya serta memuliakan Islam dan para pengikutnya. Di Madinah ada seorang tokoh bernama Abdullah bin Ubai bin Salul. Dia adalah salah seorang pemimpin penduduk Madinah, berasal dari suku Khazraj, dan merupakan pembesar dua kabilah di masa jahiliyah, anggota suku-suku itu, secara aklamasi berjanji mengangkatnya sebagai raja. Kemudian datanglah Islam dan merekapun memeluknya. Abdullah bin Ubai bin Salul pun masuk Islam bersama keluarganya.

Saat perang Badr berkecamuk, Abdullah bin Ubai bin Salul berkata, “Urusan ini sudah jelas”. Kemudian ia menampakkan keIslamannya dan masuklah bersamanya beberapa golongan dan pengikutnya serta kelompok lain dari Ahlul Kitab. Karena itu, kemunafiqan mulai ditemukan di dalam tubuh penduduk Madinah dan orang-orang sekitarnya.
Sedangkan Nifaq ‘amali (perbuatan) adalah salah satu dari bagian dosa besar. Pelakunya adalah orang yang melakukan beberapa perbuatan kemunafiqan yang telah dikategorikan oleh Rasulullah Shallahu Alaihi Wa sallam dalam banyak sabdanya. Seperti perbuatan dengan menyembunyikan kekufuran dan menampakkan keimanan.

Dari Abdullah bin Umar dan Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah Shallahu Alaihi Wasallam, bersabda :
أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ
“Ada empat perkara yagn apabila terkumpul pada diri seseorang, maka ia adalah orang munafiq tulen. Dan barangsiapa yang hanya terkumpul salah satu darinya, maka ia telah memiliki tabiat orang munafiq sampai ia dapaat meninggalkannya. Yaitu, jika ia dipercaya, maka ia berkhianat, jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia akan ingkar janji, jika berseteru ia akan ber buat keji”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Kemunafiqan digambarkan sebagai sindrom (gejala) berbahaya bagi setiap individu kaum muslimin. Ibnu Rajab rahimahullah berkata : Adalah para Shahabat sangat takut terhadap diri mereka akan tertimpa kemunafiqan. Imam Bukhari didalam kitab shahihnya menuqil perkataan Ibnu abi malikah, beliau berkata: Aku bertemu dengan tiga puluh orang shahabat Nabi salallahu 'alaihi wasallam, semuanya takut terhadap diri mereka akan tertimpa kemunafiqan.
Karena itu, nifaq/kemunafiqan mutlak harus dijauhi. Kemunafiqan juga membahayakan bagi umat manusia, dan hari depan kehidupan. Allah Azza Wa Jalla telah memperingatkan kepada orang-orang mukmin tentang sosok orang-orang munafiq. Mereka adalah orang-orang yang lebih pantas untuk dimusuhi, dilawan dan dihadapi sebagai musuh nyata dibandingkan musuh yang jauh lokasinya, sudah diketahui, dan jelas keberadaannya. Allah subhanahuwata'ala befirman:
وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
“Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadkan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa setiap teriakan yang keras ditujukkan kepada mereka. Mereka itulah musuh, maka waspadalah terhadap mereka, semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan dari kebenaran”. (Al-Munafiqun : 4)

Allah Azza Wa Jalla mengingatkan orang-orang mukmin, bahwa orang-orang munafiq adalah musuh yang sesungguhnya yang harus diwaspadai, awas dari tipu daya, kelicikan dan kencenderungan sikap aniaya mereka. Mereka berusaha menguping kaum mukminin secara sembunyi-sembunyi demi kemaslahatan orang-orang kafir. Allah Ta’ala berfirman :
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
“Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafiq itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka, ialah neraka Jahanam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya”. (At-Taubah 73)
Dalam ayat ini, ada sebuah bentuk perintah dari Allah Ta’ala kepada Nabi Shallahu Alaihi Wasallam untuk berjihad melawan orang-orang kafir. Secara khusus, wahyu tersebut memperingatkan Nabi Shallahu Alaihi Wasalllam, tentang bahaya orang-oran manufik, tipu daya dan kecenderungan makar mereka.

Sifat nifaq itu dapat menimbulkan berbagai akibat yang sangat buruk, dan mengancam kehidupan manusia. Orang munafiq menimbulkan kerusakan yang amat berbahaya di muka bumi. Mereka akan selalu membuat kerusakan, yang tiada henti-hentinya. Orang-orang munafiq akan mencabut agama (Islam) sampai ke akar-akarnya. Meskipun -karena sifatnya kemanufikannya itu- mereka tidak merasa bahwa mereka berbuat kerusakan. Maka, apabila diperingatkan,لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ “Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi!”, maka mereka akan menjawab, إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ “Kami menghendaki pembangunan, mengeluarkan umat dari kebodohan dan kezaliman menuju ilmu dan cahaya, dari keterpurukan menuju modernitas, dan dari kemunduran menuju kemajuan. Kami hanyalah kalangan orang yang menghendaki reformasi”, ujar mereka.

Hakekatnya mereka adalah para pendusta! Merekalah destruktor (perusak) yang sesungguhnya. Tetapi tidak pernah menyadari, atau pura-pura tidak menyadari, bahwa tindakan atau amal mereka merusak. Mereka mengeluarkan jargon-jargon yang indah dan memikat bagi kaum muslimin, sehingga banyak kaum muslmin yang tertipu oleh bujukan jargon orang-orang munafiq itu. Sesungguhnya, mereka itu, yang melakukan kerusakan, baik itu kerusakan terhadap aqidah, pemikiran, ekonomi, sosial, politik, budaya, dan kemiliteran.
Karena itu, jika dicegah perbuatan yang merusak itu, mereka tidak mau ambil peduli. Alasan utama mereka adalah : “Kami adalah para reformis dan kalian adalah orang-orang yang tidak menghendaki perubahan. Kami adalah orang-orang yang benar, sedangkan kalian adalah orang-orang yang salah. Kami adalah orang-orang yang cerdas, memiliki visi masa depan, sedangkan kalian orang-orang yang dungu, dan hanya berorienasi ke masa lalu”, tegas orang-orang manufik itu. Allah Ta’ala berfirman :
أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ
“Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, tetapi mereka tidak sadar”. (Al-Baqarah : 12)

Ditataran para tokoh, mereka berusaha melahirkan kader-kader baru, dan mendidik generasi baru, yang akan memiliki karakter dan sifat-sifat manufik, terutama para ulama jahat (syu’), ulama yang menjilat penguasa fasik, dan para ulama mansuniyah (freemanson), agar mereka dapat melempar berbagai kerancuan di tengah-tengah kaum muslimin dan membuat kaum muslimin ragu dan meninggalkan Islam.
Mereka menyulut kaum muslimin dengan berbagai provokasi pemikiran yang لا دينية ‘la diniyah’ (sekuler), yang dibungkus dengan jargon-jargon yang seakan-akan benar bersumber dari pokok dasar Islam, tapi sebenarnya dari ajaran setan. Mereka banyak mendirikan lembaga pendidikan dengan bungkusan lebel yang sangat indah, menarik kaum muslimin, sekolah-sekolah, lembaga-lembaga, surat kabar, majalah, radio, yang lebih fokus dengan tujuan menyelewengkan ajaran Islam.
Kalangan yang berperan besar menyuburkan kelompok munafiq, seperti sejarah awalnya lahirnya, orang-orang munafiq, tak lain adalah kalangan Yahudi dan Nasrani, orang-orang yang serupa dengan mereka dan kaum munafiq dikalangan umat ini. Mereka bertujuan ingin memadamkan cahaya Allah, dan menanamkan keraguan kepda banyak orang dengan kebenaran. Padahal, mereka sendiri selalu berbantah-bantahan dan bermusuh-musuhan.

Allah berfirman :
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ نَافَقُوا يَقُولُونَ لِإِخْوَانِهِمُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَئِنْ أُخْرِجْتُمْ لَنَخْرُجَنَّ مَعَكُمْ وَلَا نُطِيعُ فِيكُمْ أَحَدًا أَبَدًا وَإِنْ قُوتِلْتُمْ لَنَنْصُرَنَّكُمْ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
“Apakah kamu tiada memperhatikan orang-orang yang munafiq yang berkata keapda saudara-saudara mereka yang kafir diantara ahli kitab, ‘Sesungguhnya jika kamu diusir, niscaya kamipun akan keluar bersama kamu, dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kdepada seiapapun untuk menyusahkan kamu”. (Al-Hasyr : 11).

Demikkianlah, sebuah fakta dari karakter dasar orang-orang manufik sepanjang sejarah kemanusiaan yang telah berlangsung sejak dahulu kala.
Karenanya, berhati-hatilah. Kemunafiqan itu dapat menjangkiti siapapun bahkan orang yang paling terdekat dengan kita. Allah subhanahuwata’ala berfirman:
وَمِمَّنْ حَوْلَكُمْ مِنَ الْأَعْرَابِ مُنَافِقُونَ وَمِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ مَرَدُوا عَلَى النِّفَاقِ لَا تَعْلَمُهُمْ نَحْنُ نَعْلَمُهُمْ سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَى عَذَابٍ عَظِيمٍ
“Di antara orang-orang Arab Badwi yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik dan di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu tidak mengetahui mereka, Kamilah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar”. (At-Taubah 101)


Wallahu a'lam bisshawab…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar