Sabtu, 23 September 2017

Perputaran Roda Zaman Para ‘Alim ‘Ulama Dari Masa Salaf Hingga Khalaf

Ketika di zaman Rasul Sallahu’alihiwasallam, negeri dan ummat dipimpin oleh beliau langsung dengan petunjuk wahyu. Kemudian setelah kepergian Beliau, khilafah dan kepemimpinan itu di pegang oleh para Khulafa’ Rasyidun Radhiyallahu’anhum yang terpetunjuk langsung oleh Rasul. Para Khulafa’ Rasyidun itu adalah imam dalam ibadah dan fuqaha’ dalam hukum ahkam perkara ummat.
Dimasa Khulafa’ Rasyidun, para ulama shahabat yang lain sibuk berbimbang dengan akhirat, hanya sesekali diajak oleh para Khulafa’ Rasyidun untuk musyawarah permasalahan ummat.

Minggu, 07 Mei 2017

Jangan Serahkan Urusan Agama kepada Orang Jahil

 
Imam al-Ghazali menggambarkan, seorang ulama itu bagaikan dokter (thabib). Jika dokter mengobati penyakit badan, maka ulama mengobati penyakit batin.
 
Jika badan sedang diserang penyakit, maka kita bercepat mencari dokter terbaik. Agar penyakit segera disembuhkan. Maka, usaha mengobati penyakit batin haruslah lebih serius lagi. Sebabnya, dampak penyakit batin jauh lebih mematikan daripada penyakit badan. Ketika batin sedang rusak, bercepatlah mencari ulama terbaik.
 
Rasa sakit dari penyakit badan hanya bisa dirasakan di dunia. Jika ruh dicabut, maka rasa sakit dan penyakit itu hilang. Tetapi, penyakit batin berbeda. Rasa sakitnya dirasa di dunia sampai di akhirat. Kesakitan di akhirat jauh lebih pedih.
 
Karena itu, usai zaman Nabi Saw dan para sahabatnya, nasib agama berada di tangan ulama. Baik dan buruknya masyarakat dan negara dikembalikan dari kualitas ulamanya.

Minggu, 19 Februari 2017

Ketika Kejeniusanmu Menjadi 'Kutukan'


Hidup akan lebih mudah, bahagia, dan memuaskan jika IQ atau kecerdasan Anda super tinggi? Belum tentu. Berikut situasi yang dihadapi para jenius dalam keseharian dari pengalaman pengguna Quora.

- Megutamakan logika ketimbang ungkap perasaan
Orang jenius memahami emosinya dengan baik dan menjabarkannya pada orang lain, namun tak banyak melampiaskan secara fisik (menangis, teriak, menari kegirangan), karena merasa apa yang diungkap sudah jelas. Orang-orang super pintar kadang merasa tidak memerlukan ketrampilan emosional untuk memecahkan masalah. Namun kesulitan mengekspresikan secara fisik kadang tak mudah diterima orang lain.

- Pengharapan orang lain terlalu besar
Sebagai orang jenius, secara otomatis Anda diharapkan menjadi yang terbaik. Orang lain tak peduli apapun kendalanya. Namun Anda bisa jadi panik, jika tak mampu penuhi harapan mereka. Orang tak menyangka, mungkin Anda sebagai manusia juga ada kelemahan atau rasa tidak aman. Hal ini membuat Anda jadi takut gagal, ambil resiko dan kehilangan.